Senin, 16 Juli 2007

MAKALAH : PERANAN PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH



PERANAN PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH UNTUK MEWUJUDKAN KNOWLEDGE BASED SOCIETY


I. PENDAHULUAN


A. Pilar Utama Pendidikan


UNESCO (1996) menetapkan 4 (empat) pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:
Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know)
Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)
Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together)
Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be).
Guna merealisir learning to know, dosen seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu dosen dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan mahasiswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.


Learning to do akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi mahasiswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya. Pendeteksian bakat dan minat mahasiswa dapat dilakukan melalui tes bakat dan minat (aptitude test). Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan (heredity) namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Dewasa ini, keterampilan bisa digunakan menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan seseorang. Untuk itu pembinaan terhadap keterampilan anak perlu mendapat perhatian serius.


Salah satu fungsi sekolah adalah tempat bersosialisasi, tatanan kehidupan, artinya mempersiapkan siswa untuk dapat hidup bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan sekolah. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses "learning to live together".


Pengembangan diri secara maksimal (learning to be) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif peran dosen sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri mahasiswa secara maksimal.


Kemampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan anak untuk mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi.
Keempat pilar akan berjalan dengan baik jika diwarnai dengan pengembangan keberagamaan. Nilai-nilai keberagamaan sangat dibutuhkan bagi setiap warganegara Indonesia dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Pengintegrasian nilai-nilai agama ke dalam mata pelajaran yang diajarkan/dipelajari mahasiswa akan lebih efektif dalam pembentukan pribadi anak yang ber-Ketuhahan Yang Maha Esa daripada diajarkan secara monolitik yang penuh dengan konsep.

B. Masyarakat Berbasis Pengetahuan (Knowledge Based Society)


Pada saat dunia memasuki milenium ketiga, semua bangsa maju sepakat bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan prasyarat untuk meraih kemakmuran (prosperity) dalam kancah pergaulan antarbangsa. Oleh karena itu, dapat dimengerti jika para ilmuwan sejagat sekarang tengah berlomba-lomba melakukan kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan untuk meningkatkan korpus pengetahuan (Zuhal, 2000). Hasil semua ini diharapkan dapat dijadikan modal untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society).

Knowledge akan merupakan basis baru bagi kesejahteraan suatu bangsa, yang akan ditentukan oleh cara bagaimana suatu masyarakat mampu mewujudkan knowledge sebagai landasan sistem perekonomian dan industrinya.
Zuhal (2000) menjelaskan prasyarat apa yang perlu dipenuhi untuk membangun suatu masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society). Paling tidak diperlukan lima elemen dasar yaitu penataan masyarakat, kewiraswastaan, pembentukan knowledge, keterampilan (skill) dan pengelolaan sumber daya alam lingkungan. Dalam upaya pembentukan knowledge dan keterampilan itulah, partisipasi dunia pendidikan tinggi diharapkan memainkan peranan penting.


C. Pendidikan Jarak Jauh


Pendidikan jarak jauh (distance education) telah diperkenalkan oleh banyak peneliti, misalnya Keegan (1980); Perry dan Rumble (1987). Karakteristik utama pendidikan jarak jauh adalah sebagai berikut a) pemisahan dosen dan mahasiswa selama proses belajar mengajar; b) penggunaan media pendidikan (cetak, audio, vidio, dan komputer) untuk menyatukan dosen dan mahasiswa; c) peranan penting organisasi pendidikan dalam perencanaan, persiapan bahan belajar dan penyediaan pelayanan mahasiswa; d) tersedianya komunikasi dua arah sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan berkomunikasi; e) tidak adanya proses belajar kelompok secara klasik; f) adanya bentuk industrialisasi pendidikan, dan g) individualisasi proses belajar (belajar mandiri).


D. Kualitas PTJJ


Masih banyak berkembang sinyalemen di masyarakat bahwa PTJJ dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Mukhopadhjay (1988) memperlihatkan penyebabnya adalah kurang tajam perumusan visi dan misi PTJJ dan masih dipandang sebagai alternatif bagi mereka yang tidak tertampung di perguruan tinggi tatap muka.


Pertanyaan lain yang terasa mengusik pelaku PTJJ adalah tuduhan rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan jarak jauh jika dibandingkan dengan pendidikan tatap muka. Keraguan akan kualitas lulusan PTJJ masih tetap muncul karena penambahan jumlah mahasiswa seringkali diasosiasikan dengan penurunan mutu (Suparman, 1989).


Di Australia, hasil studi Selim (1989) dalam Suparman (1989) menyatakan bahwa prestasi mahasiswa pendidikan jarak jauh justru lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa perguruan tinggi konvensional. Sunarwan (1982) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar siswa yang terlibat pendidikan menggunakan modul dan pengajaran tatap muka.

II. PEMBAHASAN


A. Pengalaman UT Sebagai Penyelenggara Pendidikan Tinggi Jarak Jauh di

Indonesia


1. Tujuan Pendirian


Upaya pemerintah dalam mengembangkan PTJJ diawali dengan didirikannya Universitas Terbuka (UT) sebagai PTN ke-45 di Indonesia dan mulai menerima mahasiswa baru pada tahun 1984. Pendirian UT pada mulanya ditujukan untuk: (1) Memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia di mana pun tempat tinggalnya untuk memperoleh pendidikan tinggi; 2) Menampung lulusan SMU yang tidak tertampung di PTN (daya tampung kecil) dan PTS (biaya tinggi); (3) Mengembangkan pelayanan pendidikan tinggi bagi mereka yang karena pekerjaan atau alasan lain tidak dapat melanjutkan belajar di perguruan tinggi tatap muka, serta (4) mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata pembangunan, yang belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain.

Kehadiran UT ternyata mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Pada registrasi pertama tahun 1984 telah mendaftar sebanyak 270.000 pelamar. Dari jumlah tersebut 60.000 akhirnya diterima sebagai mahasiswa UT, suatu jumlah yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan sebuah PTN tatap muka unggul di Indonesia. Pada awal Maret 2001 tidak kurang 350.000 orang tercatat sebagai mahasiswa UT dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan, sosial ekonomi, usia, pekerjaan dan tersebar luas di seluruh pelosok negeri (dari dalam negeri sampai luar negeri).


Daya tampung UT yang sangat besar dimungkinkan karena daya jangkau media yang digunakan sangat luas dan mampu mengatasi kendala jarak dan waktu. Televisi dan radio dapat disiarkan secara nasional dan bahan ajar cetak (modul) dapat dikirimkan kepada mahasiswa melalui pos ke seluruh pelosok negeri dan mahasiswa dapat mempelajarinya kapan saja sesuai waktu mereka yang tersedia dan di mana saja.


Sebagai lembaga pendidikan, UT telah berjasa dalam memecahkan problem SDM. Sebagai contoh, di akhir Pelita IV jumlah lulusan SMU mencapai 1,1 juta sedangkan yang tertampung oleh perguruan tinggi yang ada hanya 600.000 orang. Hal-hal tersebut menyebabkan pemerintah mempertimbangkan berdirinya UT, karena mempunyai keunggulan dalam daya tampung besar, tenaga dosen sedikit dan biaya yang relatif murah baik bagi pemerintah maupun mahasiswa.


Sesuai dengan latar belakang pendirian UT, maka program studi yang ditawarkan terdiri dari program studi kependidikan yang bernaung di bawah FKIP dan program studi non kependidikan yang bernaung di bawah tiga fakultas : FMIPA, FEKON dan FISIP. Strata pendidikan yang dikelola UT sampai saat ini adalah: Diploma II, Diploma III, Strata I dan sertifikat nongelar (Katalog UT, 2000).


2. Sistem Belajar Mengajar


UT menerapkan sistem belajar "jarak jauh" dan "terbuka." Istilah "jarak jauh" berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun noncetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). Makna "terbuka" adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, berapa kali mahasiswa mengikuti ujian dan sebagainya. Batasan yang ada hanyalah setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah (SMU atau yang sederajat).


3. Cara Belajar


Mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri, yaitu cara belajar yang menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa sendiri dalam memahami bahan ajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan keterampilan dan menerapkan pengalaman di lapangan. Selain belajar mandiri (dengan inisiatif dan motivasi yang berasal dari diri sendiri), belajar mandiri juga dapat dilakukan dalam kelompok, mengikuti tutorial, baik tatap muka maupun melalui media, memanfaatkan perpustakaan, mengikuti siaran radio dan televisi serta menggunakan sumber belajar lain.


4. Penyelenggaran Pendidikan


Dalam penyelenggaraan pendidikan, UT bekerjasama dengan semua perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia. Pada setiap kota PTN tersedia unit layanan UT yang disebut Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ). PTN tersebut berperan sebagai pembina UPBJJ serta membantu dalam penulisan bahan ajar, tutorial, praktikum dan ujian.

UT memiliki dua kategori program pendidikan yakni program reguler dan program nonreguler. Program reguler dapat diikuti oleh masyarakat umum, sedangkan program nonreguler merupakan program yang dapat diselenggarakan berdasarkan perjanjian kerjasama dengan pengguna (user). Pada saat ini program studi yang termasuk program non reguler adalah DII PGSD, DIII PGSMP dan DIII Penyuluhan Pertanian, sedangkan program studi lain termasuk program reguler.


5. Tutorial


Tutorial merupakan kegiatan belajar di mana mahasiswa belajar mandiri di bawah bimbingan tutor sebagai fasilitator. Mahasiswa dapat memilih jenis tutorial yang sesuai dengan minat maupun kemampuannya. Jenis tutorial yang sudah dilaksanakan UT adalah:
(1) Tutorial Tatap Muka. Tutorial tatap muka dilaksanakan oleh UPBJJ-UT dan KBM (Kelompok Belajar Mahasiswa).
(2) Tutorial Tertulis melalui Surat. Mahasiswa dapat mengirimkan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi perkuliahan kepada: Ketua Program Studi, dengan alamat : nama fakultas, Universitas Terbuka PO Box 6666, Jakarta 10001
(3) Tutorial melalui Radio, Televisi dan Media Massa. Mahasiswa dapat mengikuti tutorial lewat radio RRI Programa Nasional FM 93.2 Pukul 08.10 WIB. Tutorial ini dilakukan 5 kali seminggu, sedangkan tutorial melalui televisi dapat disimak mahasiswa pada hari-hari tertentu. Di samping itu, beberapa radio dan koran daerah juga menyajikan tutorial untuk mahasiswa UT.
(4) Tutorial lewat Internet. Fasilitas tutorial melalui internet ditampilkan dalam beberapa bentuk. Pertama, Tutorial Elektronik Berkelompok.


Mahasiswa dapat mengikuti tutorial internet lewat fasilitas elektronik dengan cara mengirim e-mail (surat elektronik) ke alamat: mdaemon@ut.ac.id. Kedua, Tutorial Elektronik Individual. Apabila mahasiswa mempunyai masalah dalam suatu pelajaran maka dapat mengirim e-mail ke alamat: info@p2m.ut.ac.id dengan subjek : "Permintaan bantuan belajar ". Ketiga, Pelajaran di Web Page: Mahasiswa UT dapat memperkaya wawasan keilmuannya melalui suplemen bahan ajar, artikel ilmiah karya para tutor/penulis modul, saduran buku maupun prosiding seminar keilmuan yang disajikan dalam halaman web UT dengan alamat web UT (http://www.ut.ac.id/) dengan memilih menu tutorial. Keempat, Bahan Ajar Berbantuan Komputer atau CAI (Computer Aided Instruction).


Belakangan, penggunaan internet sebagai media belajar sudah mulai digagas oleh UT. Keterbatasan mahasiswa dengan akses internet secara individual dapat diminamilisir dengan memanfaatkan warnet sebagai sentra akses ke internet (Hardhono, 2001; Rusdiah, 2001).


6. Praktikum Mahasiswa


Beberapa matakuliah yang ditawarkan UT mewajibkan praktikum di bawah bimbingan instruktur, yang dilakukan secara individu atau kelompok, menggunakan science kit atau laboratorium yang ada di daerah. Selain itu, UT juga memiliki mata kuliah pemantapan profesional yang dapat dilakukan siswa di bawah bimbingan penyelia. Contoh mata kuliah pemantapan kemampuan profesional adalah: 1) Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) untuk Program Studi Kependidikan; 2) Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk Program Studi Penyuluhan Pertanian; dan 3) Praktik Kerja Perpustakaan (PKP) untuk Program Studi Perpustakaan.

7. Evaluasi Hasil Belajar


Evaluasi hasil belajar mahasiswa UT dilakukan dalam bentuk Tugas Mandiri (TM), Ujian Akhir Semester (UAS), Ujian Praktikum (UP) dan Ujian Komprehensif Tertulis (UKT). Untuk program studi tertentu terdapat mata kuliah yang evaluasi hasil belajarnya dilakukan dengan ujian pemantapan kemampuan profesional.


B. Peranan Pendidikan Terbuka dalam Mempersiapkan SDM Berkualitas


Globalisasi bukan lagi basa-basi. Dampaknya sudah sangat terasa dewasa ini, terutama yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Kondisi yang ditandai oleh mengaburnya batas-batas antarnegara tersebut juga mempengaruhi dunia pendidikan. Globalisasi yang diikuti lompatan teknologi informasi dan komunikasi telah menimbulkan pergeseran dalam paradigma dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Ruang kuliah kini bukan lagi satu-satunya tempat berlangsungnya proses pembelajaran.

Kehadiran internet membuat siapa saja, termasuk mahasiswa dapat mengakses informasi dari berbagai sumber. Informasi tersebut dapat berupa jurnal ilmiah terkini, kumpulan kuliah dari guru besar perguruan tinggi luar negeri dan lain-lain. Sementara itu pemanfaatan surat elektronik (e-mail) juga memungkinkan mahasiswa berkorespondensi dengan para pakar dari seluruh penjuru dunia.


Perkembangan dunia informasi dan teknologi yang begitu cepat telah mengubah paradigma pendidikan dari lecturer/teacher centered education menjadi student centered education. Saat ini dosen bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi pengetahuan bisa bersumber dari mana saja (multi knowledge provider).


Sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ), dalam hal tertentu justru dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi rendahnya daya tampung pendidikan tatap muka. Daya tampung SPJJ cukup fantastis bila dibandingkan dengan sistem pendidikan tatap muka. Selain itu, biaya pendidikan jarak jauh pada umumnya relatif lebih murah dibandingkan dengan pendidikan tatap muka, baik dipandang dari sudut penyelenggara pendidikan maupun peserta didik.


III PENUTUP


A. Kesimpulan


Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan sebaga berikut. Ada dua model

penyampaian materi ajar yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yaitu pendidikan tinggi tatap muka dan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Sumber daya manusia merupakan merupakan aset penting untuk ditingkatkan kualitasnya yang pada akhirnya diharapkan sebagai faktor determinan peningkatan kualitas taraf hidup.

Usaha peningkatan kualitas SDM dalam arti sempit dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas pendidikan.Masyarakat berbasis pengetahuan membutuhkan lima elemen dasar, yaitu penataan masyarakat, kewiraswastaan, pembentukan knowledge, keterampilan (skill) dan pengelolaan sumber daya alam lingkungan.


B. Saran


Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas yaitu masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based society) dan meyediakan kesempatan belajar di pendidikan tinggi untuk semua warga negara, model pendidikan tinggi jarak jauh sebagaimana yang dilakukan Universitas Terbuka perlu terus dikembangkan.


DAFTAR PUSTAKA


- Suparman, A. 1989. Pendidikan jarak jauh: konsep dan peranannya dalam memecahkan
masalah pendidikan. Pidato ilmiah pada rapat senat UT. Jakarta.
- Rusdiah, R. 2001. "Potensi warnet dalam mendukung pengembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh". Makalah disampaikan pada Seminar Potensi Warnet dalam Mendukung Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Kauh. Kampus UT Pondok Cabe. 7 Maret 2001. Jakarta.
- Hardhono, A. P. 2001. "Pemanfaatan internet di lingkungan Universitas Terbuka". Makalah disampaikan pada Seminar Potensi Warnet dalam Mendukung Pengembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. 7 Maret 2001. Kampus UT Pondok Cabe. Jakarta.
-UNDP. 2000. Human Development Report 2000. Human Development Index. http://www.undp.org/hdro/hdi1.html
- Universitas Terbuka. 2000. Katalog Universitas Terbuka 2000. Jakarta.
- Makhopadhjay, M. 1988. "Distances Education : SWOT Analysis". Journal of Educational Planning and Aministration.

0 komentar:

 

Rengganis Anak Desa Merapi Blogger Templates Designed by productive dreams | Free Wordpress Templates. presents HD TV Watch Futurama Online. Featured on Singapore Wedding Cakes. © 2011