Minggu, 15 Juli 2007

MAKALAH TENTANG : PEMANFAATAN TEKNOLOGI


PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM EVALUASI
HASIL BELAJAR PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH (PTJJ)



A.PENDAHULUAN

Sistem Pendidikan Terbuka Jarak Jauh (PTJJ) sebenarnya mempunyai aktivitas utama yang tidak berbeda dengan sistem pendidikan tatap muka, yaitu terdiri dari aktivitas mengajar dan aktivitas belajar (Belawati, 2000). Namun, karena adanya keterpisahan pelaksanaan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar pada sistem PTJJ; pengelolaan kedua aktivitas tersebut berbeda dengan pengelolaan kegiatan belajar mengajar pada sistem pendidikan konvensional.

Evaluasi Hasil Belajar (EHB) merupakan komponen penting dalam kegiatan mengajar dan belajar. Tanpa EHB sulit untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar mahasiswa. Peran EHB semakin menonjol dalam sistem PTJJ, di mana interaksi fisik antara pengajar dan mahasiswa sangat kurang dibandingkan dengan interaksi antar mahasiswa dan pengajar dalam sistem pendidikan konvensional. Dalam sistem pendidikan konvensional, EHB umumnya didasarkan pada dua elemen penting, yaitu kehadiran/keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar di kelas dan ujian.

Di dalam sistem PTJJ (Gambar 2) di Universitas Terbuka (UT) khususnya, EHB merupakan muara dari proses pernbelajaran yang terjadi. Oleh karena itu hasil ujian sering kali merupakan tolok ukur terpenting dalam menilai keberhasilan mahasiswa. Kualitas ujian yang diselenggarakan sangat menentukan penilaian tentang keherhasilan belajar dan kualitas bahan ajar.

Kuatnya tuntutan dari kebutuhan masyarakat akan pendidikan lanjutan yang berkualitas tercermin dari dikeluarkannya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang penyelenggaraan PTJJ, yang membuka peluang bagi institusi selain UT untuk ikut berpartisipasi dalam PTJJ. Kompetensi yang terjadi antar penyelenggara PTJJ ini akan menjadi pemicu bagi setiap institusi untuk selalu meningkatkan layanan yang diberikan. Penyelenggaraan PTJJ harus dilakukan secara lebih efektif dan efisien disesuaikan dengan permintaan pasar.

Hal ini akan dapat dilakukan jika penyelenggara PTJJ seperti UT memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Makalah ini akan membahas tentang evaluasi hasil belajar (EHB) sebagai salah satu komponen dalam sistem PTJJ dan pemanfaatan teknologi dalam EHB dengan menggunakan kasus UT sebagai contoh.

B.PEMBAHASAN

1.Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar mahasiswa mempunyai beberapa tujuan. Sebagai institusi penyelenggara PTJJ, UT melaksanakan EHB untuk memotivasi mahasiswa agar mereka belajar lewat Tugas Mandiri (TM), untuk mengukur ketercapaian tujuan matakuliah lewat ujian akhir semester (UAS), dan untuk mengetahui ketercapaian tujuan program melalui ujian kemprehensif tertulis (UKT). Agar tujuan EHB tersebut dapat tercapai dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk memperbaiki cara belajar mereka dan oleh UT untuk memperbaiki penyelenggaraan PTJJ-nya, maka semua kegiatan yang terkait dengan komponen EHB harus dilakukan dengam baik.

Sebelum membahas mengenai pemanfaatan teknologi dalam komponen evaluasi ini, akan dibahas secara lebih rinci setiap kegiatan yang ada dalam komponen evaluasi ini.• Pengembangan Soal Ujian Pengembangan soal ujian ini meliputi tiga kegiatan yaitu, analisis kompetensi, pengembangan kisi-kisi , dan pengembangan soal.1. Analisis Kompetensi Analisis kompetensi merupakan kegiatan menentukan kemampuan dan keterampilan (kompetensi) yang akan dibelajarkan kepada mahasiswa dalam sebuah program atau mata kuliah. Hal ini dilakukan pada saat sebuah program/matakuliah dirancang.

Berdasarkan kompetensi tersebut kemudian diturunkan tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai dalam sebuah mata kuliah. Dengan dilakukannya analisis kompetensi ini,dimungkinkan penggunaan penilaian acuan patokan dalam evaluasi hasil belajar dengan menggunakan kompetensi sebagai kriteria yang harus dicapai oleh mahasiswa.

2. Pengembangan Kisi-kisi

Setelah menentukan tujuan instruksional yang akan dicapai maka tahapan selanjutnya dalam EHB adalah pengembangan kisi-kisi yang mencakup penulisan dan penelaahan kisi-kisi. Penulisan kisi-kisi ini merupakan upaya untuk merencanakan ujian dengan baik dengan memperhatikan tujuan ujian, kompetensi yang hendak diukur, dan sumber daya yang tersedia. Kisi-kisi atau test blueprint ini mencakup informasi yang diperlukan untuk menulis soal ujian.

Untuk mengembangkan kisi-kisi yang mampu menghasilkan ujian yang mempunyai validitas isi diperlukan kerjasama yang baik antara pakar bidang ilmu dan ahli evaluasi. Sebagian besar dari kisi-kisi ujian UT dikembangkan dengan melakukan outsourcing ke perguruan tinggi (PT) lain untuk penulisan sedangkan penelaahan dilakukan oleh staf akademik UT yang sudah terlatih dalam EHB. Namun karena para penulis dan penelaah berada di lokasi yang berbeda maka kegiatan pengembangan kisi-kisi ini memerlukan proses yang agak lama. Oleh karena itu tidak terlalu mudah untuk mengakomodasi secara cepat perubahan yang terjadi dalam bahan ajar ke dalam kisi-kisi ujian.

3. Pengembangan Soal Pengembangan soal ujian

seperti kisi-kisi, terdiri atas dua kegiatan yaitu, penulisan soal dan penelaahan soal. Soal yang berkualitas adalah soal yang mengikuti rambu-rambu penulisan soal yang baik sehingga dapat membedakan mahasiswa yang telah mencapai tujuan dan yang belum (Jacobs & Chase, 1992; Osterlind 1989; Zainul & Nasoetion, 2001). Untuk menghasilkan soal seperti ini diperlukan keterlibatan pakar bidang ilmu yang telah dibekali dengan keterampilan menulis soal.

Sebagai institusi yang banyak memanfaatkan jaringan kerjasama, UT dalam menyediakan soal ujiannya juga mengikutsertakan dosen dari PT lainnya. Sebelum para pakar ini menulis soal biasanya mereka dibekali terlebih dahulu dengan pengetahuan dan keterampi}an untuk mengernbangkan soal jenis ujian tertentu. Oleh karena adanya jarak antara UT dan PT lainnya ini, pembekalan para penulis soal ini membutuhkan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.

Soal ujian yang telah ditulis tidak bisa langsung digunakan, tapi harus melewati proses penelaahan yang juga memerlukan waktu dan sumber daya.
• Penyiapan Bahan UjianPenyiapan bahan ujian ini terdiri dari tiga kegiatan, pengetikan soal, penggandaan bahan ujian, dan pengiriman hahan ujian ke lokasi ujian.

1. Pengetikan Soal Penyiapan bahan ujian diawali dengan pengetikan soal untuk dijadikan
naskah ujian.

Dengan jumlah matakuliah yang terus bertambah seiring dengan pembukaan program baru, maka jumlah naskah ujian yang harus disiapkan oleh UT juga bertambah untuk setiap masa ujian. institusi PTJJ seperti UT memerlukan sebuah unit tersendiri untuk menangani penyiapan bahan ujian ini. Penyiapan bahan ujian UT merupakan tugas yang diemban oleh Pusat Pengujian (Pusjian). Pengetikan soal melibatkan kerjasama antara para staf akademik sebagai perakit dan pemfinal naskah ujian dan para tenaga administratif sebagai pengetik soal.

Soal ujian yang telah ditulis dan telaah kemudian dirakit menjadi set soal. Soal yang sudah berupa set ini kemudian diserahkan kepada pengetik untuk diketik, dilengkapi dengan petunjuk, serta di layout menjadi naskah ujian. Sebelum menjadi master naskah ujian yang siap digandakan diperlukan proses editing yang cukup menyita waktu. Dengan pertimbangan keamanan penyiapan bahan ujian ini dilakukan di sebuah gedung yang agak jauh terpisah dari gedung lainnya. Namun hal ini membuat proses pengetikan soal dan editing naskah ujian menjadi agak terhambat karena memerlukan penyediaan waktu khusus staf akademik untuk berkunjung ke gedung tersebut.

2. Penggandaan Bahan UjianSetelah master naskah ujian disiapkan maka selanjutnya bahan ini
harus digandakan.

Penggandaan ini dilakukan di kantor pusat UT untuk kemudian dikirim ke unit pembelajaran jarak jauh (UPBJJ) yang ada di daerah. Oleh karena jumlah mahasiswa peserta ujian bisa mencapai ratusan ribu per matakuliah sedangkan mesin cetak yang digunakan jumlahnya terbatas dan dengan kondisi yang sudah tidak prima lagi, maka proses penggandaan inipun cukup menyita waktu dan sumber daya.

3. Pengiriman Bahan UjianBahan ujian yang sudah digandakan tadi kemudian ditata menurut
matakuliah, jam, hari, dan lokasi ujiannya.

Dengan jumlah naskah yang banyak dan tenaga yang terbatas, maka dalam penataan bahan ujian ini masih terjadi human error. Walaupun jumlah dan jenis kesalahan penataan ini selalu diupayakan untuk menurun, namun karena adanya jarak antara lokasi Ujian dan kantor UT setiap kesalahan akan berakibat terhadap kualitas penyelenggaraan ujian. Setelah penataan, bahan ujian tersebut siap untuk dikirim. Pengiriman dilakukan dengan ekspedisi darat untuk wilayah Sumatera (kecuali Bengkulu), Jawa, Bali, dan NTB. Sedangkan wilayah yang lain dikirim lewat udara sehingga beban pengiriman ini cukup menyita sumber daya UT.
• Penyelenggaraan UjianPenyelenggaraan ujian terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu penyiapan bahan, ruang dan pengawas ujian; pelaksanaan ujian; dan pengiriman hasil ujian.

1. Penyiapan bahan, ruang dan pengawas ujianKegiatan penyelenggaraan ujian dimulai dengan
penyiapan bahan ujian, ruang dan pengawas ujian.

Bahan ujian terdiri dari naskah ujian dan bahan pendukung ujian. Bahan pendukung ujian meliputi Lembar Jawaban Ujian (LJU) atau buku jawaban ujian (BJU), daftar hadir, daftar peserta ujian, dan berita acara pelaksanaan ujian. Sebelum pelaksanaan ujian, bahan ujian harus dicek terlebih dahulu, apakah naskah ujian yang diterima sesuai dengan yang akan diujikan, apakah jumlah naskah dan jumlah lembar jawaban sesuai dengan jumlah peserta ujian, dan apakah sudah tersedia format daftar hadir peserta ujian. Bahan Ujian lain yang harus disiapkan adalah pensil cadangan, penghapus, rautan, cassette player atau stop watch bila diperlukan.

Dalam memeriksa kelengkapan bahan ujian panitia ujian perlu berpedoman pada check list bahan ujian agar tidak ada bahan ujian yang terlupa belum disiapkan. Untuk Ujian listening, kelayakan cassette player dan sound system harus diuji terlebih dahulu. Sebelum pelaksanaan ujian, bahan ujian harus disiapkan di tempat yang aman untuk mencegah terjadinya kebocoran ujian.

Ruang ujian perlu dipersiapkan sedemikian rupa sehingga terdapat cukup jarak di antara tempat duduk peserta ujian untuk menghindari kerjasama antar peserta ujian dalam mengerjakan ujian. Penomoran tempat duduk diperlukan agar peserta ujian tidak dapat memilih tempat duduk yang berdekatan dengan temannya. Dengan demikian, diharapkan ujian dapat terlaksana dengan aman dan tertib.

Pemilihan ruang ujian didasarkan pada beberapa syarat, yaitu cukup terang, sirkulasi udara cukup dan kondisi ruang bersih sehingga peserta ujian merasa nyaman. Sedapat mungkin suasana di luar ruang ujian cukup tenang agar tidak rnengganggu konsentrasi peserta ujian. Kurangnya jarak antara peserta Ujian dan tidak nyamannya ruang ujian dapat mempengaruhi hasil ujian. Biasanya ruang ujian yang cukup ideal adalah ruang kelas, yang memang dirancang untuk kegiatan belajar.

Bila memungkinkan, sebaiknya dosenlah yang mengawasi ujian para siswanya. Hal ini akan menimbulkan rasa aman bagi siswa bila ada pertanyaan mengenai materi tes yang tidak jelas. Dosen juga dapat rnengamati secara langsung perilaku siswa pada saat menempuh ujian Pengawasan Ujian yang dilakukan oleh para dosen yang bersangkutan juga lebih menjamin keamanan ujian. Pada pendidikan jarak jauh (PJJ), umumnya tidak selalu memungkinkan bagi dosen untuk melakukan pengawasan ujian. Untuk itu, pengawasan ujian dilakukan oleh pengawas pengganti, yang diharapkan mempunyai kemampuan untuk menjaga keamanan dan ketertiban pelaksanaan ujian.

Di UT, umumnya pengawas ujian adalah para guru, yang memang sudah terbiasa melakukan pengawasan ujian. Agar pengawas merasa ikut bertanggungjawab untuk menjamin ketertiban dan keamanan ujian, yang notabene bukan anak didiknya sendiri, ada baiknya dilaksanakan pengarahan pengawasan Ujian oleh sebelum pelaksanaan ujian.

2. Pelaksanaan ujianAgar tidak terjadi keributan di luar ruang

Untuk menjaga ketertiban dan keamanan ujian, ada beberapa hal yang wajib dilakukan oleh pengawas ujian, yaitu antara lain: a) membacakan tata tertib ujian, b) menginformasikan waktu ujian, dan memberi tanda untuk memulai dan mengakhiri ujian.

Waktu ujian harus ditepati agar hasil ujian dapat dipertanggungjawabkan. Khusus untuk UT, hal ini juga dimaksudkan untuk menghindari kebocoran soal mengingat ujian dilaksanakan secara serentak di seluruh tempat ujian di Indonesia. Materi tes yang diujikan kepada seluruh siswa dibuat sama dengan tujuan untuk menyamakan standar pengukuran hasil belajar siswa di seluruh Indonesia. Untuk memastikan ketepatan waktu ujian, waktu ujian dimulai dan waktu ujian harus berakhir dicatat di papan tulis. Peserta ujian secara periodik perlu diberi informasi tentang sisa waktu ujian.

Selama ujian berlangsung; peserta Ujian harus diawasi dengan ketat. Pengawas berhak merrieeiksa identitas peserta ujian. Identitas yang meragukan maupun perbuatan peserta ujian atau kejadian yang dapat mempengaruhi hasil ujian perlu dilaporkan dalam Berita Acara Pelaksanaan Ujian. Misalnya, ada peserta ujian yang bekerja sama saat ujian, atau yang sibuk menerima telpon melalui handphonenya, atau yang membuka contekan. Pelanggaran ketertiban dan keamanan ujian akan menyebabkan hasil ujian kurang mencerminkan kemampuan belajar siswa yang sebenarnya. Uatuk itu sebaiknya dilakukan ujian ulang.

3. Pengiriman hasil ujian Setelah pelaksanaan ujian selesai, hasil ujian dan daftar hadir dipak dan segera diberikan kepada dosen pemeriksa untuk menjaga keamanan hasil ujian.
Di UT, setelah pelaksanaan ujian, LJU dan BJU, serta daftar hadir langsung dikirim ke UT pusat dari tempat-tempat ujian.

• Pemrosesan Hasil UjianPemrosesan hasil ujian terdiri atas proses scoring dan grading. Scoring merupakan proses pemberian skor (nilai mentah) terhadap jawaban siswa. Umumnya skor diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Kelebihan cara ini adalah dosen segera mengetahui materi-materi yang tidak dapat dijawab oleh siswa dengan benar, sehingga dapat segera memberikan umpan balik. Bila scoring dilakukan oleh orang lain, diperlukan pedoman penskoran yang valid (terutama untuk soal uraian), dan scoring harus dilakukan oleh orang yang menguasai materi ujian serta sudah terlatih melakukan penskoran.

Scoring dapat dilakukan oleh orang yang tidak menguasai materi ujian, meskipun tetap harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan mengacu kepada penskoran yang ada. Ketelitian tetap diperlukan, terutama dalam menggunakan pedoman penskoran dan menghitung jawaban benar. Sedangkan scoring untuk ujian objektif juga dapat dilakukan secara dengan bantuan komputer. Grading merupakan proses konversi dari nilai mentah (skor) menjadi nilai huruf (grade). Nilai huruf yang umum digunakan adalah A, B; C, D, E atau F. Proses grading dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berdasarkan penilaian acuan norma (PAN) atau berdasarkan penilaian acuan patokan (PAP). Ada juga instansi pendidikan yang memilih menggunakan istilah Lulus (L) dan tidak Lulus (TI).

• Pelaporan NilaiSetiap institusi pendidikan wajib memberikan laporan nilai kepada siswanya. laporan nilai wa jib diberikan agar siswa mempunyai catatan kemajuan belajarnya sendiri, sehinga dapat digunakan untuk melakukan rencana studi selanjutnya. Pada tingkat perguruan tinggi, laporan nilai umumnya diberikan dalam bentuk kartu hasil studi, daftar nilai ujian atau transkrip. Laporan nilai dapat juga diberikan kepada orang tua atau instansi pemberi beasiswa yang memberikan biaya belajar kepada siswa.

Kegiatan pelaporan nilai terdiri dari dua kegiatan, yaitu pencetakan dan pengumuman hasil ujian. Pencetakan hasil ujian atau pencetakan nilai merupakan akhir dari proses penilaian. Pengumuman hasil ujian dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti dipasang di papan pengumuman, diberikan langsung kepada siswa, atau dikirimkan melalui jasa pos.

2. Pemanfaatan Teknologi Dalam EHBBerbicara mengenai masa depan evaluasi hasil belajar
PTJJ tidak bisa terlepas dari pembahasan mengenai teknologi.

Agar dapat menyelenggarakan EHB yang efektif dan efisien maka UT sebagai institusi PTJJ harus memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Teknologi yang digunakan sekarang ini untuk menunjang pelaksanaan EHB di UT masih terbatas pada penggunaan scanner dan LAN, Berikut akan dibahas teknologi yang tersedia dan yang mungkin dimanfaatkan untuk setiap kegiatan EHB di UT.• Pengembangan Soal UjianPengembangan soal ujian di UT masih dilakukan secara konvensional dimana dilakukan pelatihan pembekalan keterampilan penulisan kisi-kisi dan soal bagi para penulis secara tatap muka. Kegiatan pembekalan ini memerlukan waktu dan sumber dana yang tidak sedikit terutama jika dilakukan di tempat yang tersebar dan lokasinya jauh dari kantor UT pusat.

Setelah kisi-kisi dan soal selesai ditulis maka perlu dilakukan penjemputan bahan ujian tadi ke tempat para penulis. Sistem pengembangan soal seperti ini menyebabkan institusi PTJJ seperti UT tidak mudah untuk memperbaharui bahan ajarnya karena akan berdampak kepada ujian yang memerlukan waktu pengembangan yang cukup lama. Agar kegiatan pengembangan ini menjadi lebih singkat dan tidak menyita sumber daya yang terlalu banyak, bisa dimanfaatkan teknologi yang sederhana seperti penggunaan video untuk pembekalan para penulis soal.

Teknologi jaringan juga dapat dimanfaatkara dimana para penulis dapat mengakses website seperti PAU-Online yang salah satu materi pelatihan adalah membuat soal ujian. Para penulis dan penelaah pun dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan fasilitas chatting di internet. Jika suatu saat nanti infrastuktur jaringan yang ada di UT memadai, maka dapat dibuat sistem pengembangan soal secara remote, di mana para penulis soal dapat mengakses fasilitas jaringan yang memungkinkan mereka menulis soal secara on-line. Tentu harus dipikirkan bagaimana menjaga keamanan sehingga tidak bisa ditembus oleh pihak yang tidak berkepentingan.

• Penyiapan Bahan UjianPenyiapan bahan ujian di UT memanfaatan teknologi LAN yang tersedia di Pusjian. Dengan satu server dan lebih kurang sepuluh terminal serta tiga printer laser, UT mempersiapkan bahan ujian untuk ribuan mahasiswa setiap semester. Oleh karena sistem pendidikan yang terbuka, rnaka UT harus rnenyiapkan naskah ujian untuk semua matakuliah yang ada. Dengan teknologi yang ada sekarang maka proses pengetikan, editing, dan penggadaan bahan ujian ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan. Kegiatan ini cukup menyita waktu staf UT sehingga upaya peningkatan kualitas komponen yang lain seperti bahan ajar dan layanan bantuan belajar menjadi agak lambat.

Untuk mengatasi hal ini maka perlu dimanfaatkan teknologi komputer dalam membuat dan mengelola bahan ujian (Boekkooi-Timingga, 1989) yang dikenal sebagai Bank Soal Terkomputersasi. Pengelolaan soal ujian melalui Bank Soal ini menuntut tersedianya kumpulan soal yang sudah teruji kualitasnya. Sejak tahun 2000, UT telah mengembangkan sistem Bank Soal yang mencakup prosedur penyimpanan soal, pengkalibrasian soal, dan perakitan naskah ujian (lihat lampiran 1 dan 2). Di beberapa institusi lain seperti CITO di Belanda, sistem Bank Soalnya mencakup sampai proses pengadministsasian; penilaian; bahkan pelaporan nilai ujian (Van Theil & Zwarts, 1985).

Bank Soal UT menggunakan teknologi LAN dengan satu server dan 20 terminal, didukung oleh empat printer dan dua scanner (pada saat operasional 2005). Dengan adanya Bank Soal ini penyiapan bahan ujian setiap semester dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat. Keamanan soal juga lebih baik karena akses kepada Bank Soal dibatasi dan beberapa naskah ujian paralel dapat dihasilkan sehingga akan dimungkinkan untuk memberikan soal ujian yang berbeda namun setara dalarn satu lokasi ujian.


Penggandaan bahan ujian masih mengandalkan teknologi mesin cetak yang masih sederhana. Sekarang UT sedang mempertimbangkan kemungkinan pengiriman master naskah ujian lewat teknologi jaringan sehingga penggandaan naskah menjadi tanggung jawab UPBJJ di di daerah. Dengan demikian dapat dikurangi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk penggandaan naskah ujian ini di UT Pusat.

• Pelaksanaan UjianPelaksanaan ujian UT masih dilakukan dengan paper and pencil di lokasi yang telah ditentukan secara tatap muka, sama seperti yang dilakukan oleh institusi pendidikan konvensional. Dengan sistem yang seperti ini prinsip keterbukaan dari PTJJ agak dibatasi karena mahasiswa harus mengikuti jadwal ujian. Semua peserta ujian juga diberikan soal yang sama tanpa memperhatikan tingkat kemampuan mereka, di suatu lokasi tertentu, dan waktu yang sama. Berbagai bentuk pelanggaran ujian terjadi sebagai akibat dari kurangnya pengawasan dan soal yang seragam ini.

Untuk itu perlu dipikirkan pemanfaatan teknologi yang dapat mengurangi peluang terjadinya distorsi nilai, dan meningkatkan kualitas ujian. Dengan perkembangan dalam teori pengukuran dan evaluasi serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maka dimungkinkan untuk menyelenggarakan ujian dengan komputer yang dikenal dengan istilah computer-based testing (CBT). Ada dua macam CBT, yaitu linear test dan adaptive test. Linear CBT terdiri atas seperangkat soal, dari yang termudah sampai yang tersukar. tanpa memperhatikan kemampuan peserta tes. Sedangkan adaptive adalah tes di mana komputer mampu memberikan soal-soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta tes.

Soal-soal dipilih dari sejumlah besar soal (item pool) yang dikategorisasikan sesuai materi dan tingkat kesukarannya. Oleh karena itu, jumlah soal dalam CBT biasanya lebih sedikit dari pada tes linear, tetapi cukup dapat memberikan informasi kepada institusi dan peserta tes. Soal yang diperlukan pada adaptive CBT lebih sedikit karena komputer dapat memilihkan soal-soal yang tingkat kesukarannya sesuai tingkat kemampuan peserta tes, berdasarkan jawaban-jawaban terhadap soal sebelumnya. Artinya peserta tes mendapatkan lebih sedikit soal yang tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Dengan demikian, tes diharapkan cukup menantang untuk setiap individu.

Adaptive CBT atau computerized aduptive testing (CAT) dirancang untuk setiap individu peserta tes (Wiener, 1990). Peserta tes akan diberi satu set soal yang memenuhi spesifikasi rancangan tes (kisi-kisi) dan biasanya sesuai dengan tingkat kemampuan setiap individu. Tes dimulai dengan soal-soal yang tidak terlalu sukar. Setiap peserta tes menjawab soal,-komputer akao memberikan skor. Jawaban terhadap soal tersebut akan menentukan soal yang akan ditampilkan oleh komputer selanjutnya.

Setiap menjawab soal dengan benar, peserta tes akan diberi soal yang lebih sukar. Sebaliknya, bila menjawab salah, komputer akan memilihkan soal yang febih mudah. Urutan soal disajikan tergantung pada jawaban terhadap soal-soal sebetutnnya dan pada kisi-kisi tes. Dengan kata lain, komputer diprogram untuk memberikan soal yang sesuai dengan kisi-kisi tes, sekaligus secara terus menerus mencari soal-soal yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat kemampuan peserta ujian. Dalam hal ini peserta ujian harus menjawab semua soal.

Keuntungannya, pada setiap layar hanya ditampilkan satu butir soal, sehingga peserta tes dapat berkonsentrasi untuk menjawab soal tersebut. Setelah menjawab soal, peserta ujian tidak akan dapat mengulang soal-soal sebelumnya dan mengganti jawabannya.Salah satu contoh institusi penyelenggara ujian yang telah memanfaatkan teknologi komputer adalah ETS (ETS, 2002) yang telah menyediakan ujian seperti ini untuk TOEFL, GRE dan GMAT. Peserta ujian yang tersebar di seluruh dunia dapat mengikuti ujian ini lewat teknologi jaringan.

UT dengan adanya sistem bank soal terkomputerisasi sedang menjajaki penerapan tes online yang bersifat adaptive test (tes adaptif). Untuk mendukung aplikasi tes online diperlukan infrastruktur yang mapan di tempat-tempat ujian, termasuk penyusunan rambu-rambu pengawasan ujian. Tes adaptif mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:• Tes dapat diadministrasikan pada saat siswa merasa siap menempuh ujian;• Tes dapat dilaksanakan sepanjang tahun di banyak lokasi sekaligus;• Tes dilaksanakan di tempat ujian yang nyaman, yang privasinya lebih terjaga, dan diletagkapi komputer;• Peserta tes lebih sedikit dalam satu kesempatan;• Skor sementara (Unofficial scores) langsung ditampilkan setelah tes berakhir, kecuali untuk tes uraian;• Nilai resmi (official scores) dapat diumumkan secara lebih cepat;• Tes dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa;• Soal yang dibutuhkan lebih sedikit; dan• Keamanan tes dapat ditingkatkan.

• Pemrosesan Hasil UjianProses penilaian (scoring) dengan menggunakan teknologi elektronik sudah banyak digunakan di dunia pendidikan. Untuk itu diperlukan mesin scanner dan lembar jawaban ujian (LJU), yang khusus didesain untuk scanner tersebut. Peserta ujian menjawab ujian dengan cara menghitamkan huruf-huruf atau kode-kode yang tersedia dalam LJU, dengan menggunakan pensil khusus. Setelah mesin scanner membaca LJU, kumputer secara otomatis akan melakukan scoring dan grading. Untuk tes adaptif, proses scoring merupakan bagian dari rancangan tes (ETS, 2002).

Peserta tes secara otomatis akan mengetahui skor yang telah diperolehnya. Skor yang diberikan tergantung pada jumlah soal yang dijawab dan jawaban terhadap soal yang diberikan. Soal yang diberikan oleh kumputer akan mencerminkan keberhasilan dalam menjawab soal sebelumnya dari kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes meliputi:• tingkat kesulitan soal yang diberikan;• tipe soal yang diberikan; dan• cakupan materi tes yang sesuai.Soal yang pertama diberikan merupakan soal yang tidak terlalu sulit.

Benar tidaknya jawaban terhadap soal tersebut dan soal-soal berikutnya menentukan apakah selanjutnya peserta tes akan diberi soal-soal yang lebih mudah atau lebih sukar. Dengan demikian, peserta tes akan rnendapatkan skor-skor yang mencerminkan kebenaran jawaban terhadap setiap soal dan tingkat kesulitan setiap soal.

Bila ada dua peserta tes yang mempunyai jumlah jawaban benar yang sama, peserta tes yang merrjawab soal-soal yang lebih sulit akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Demikian juga, bila ada dua peserta tes mendapatkan dua set soal yang tingkat kesulitannya sama, peserta tes yang lebih cepat menjawab dan mempunyai jumlah jawaban soal benar lebih banyak akan mendapatkan skor yang lebih tinggi.

Pemrosesan hasil ujian di UT sebagian besar dilakukan dengan menggunakan komputer. Penggunaan komputer dalam proses penilaian diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih akurat secepat dan seekonomis mungkin, mengingat jumlah siswa UT yang mencapai puluhan ribu.

Setelah sampai di Pusat Pengujian, amplop hasil ujian diberi nomor batch (proses batching). Nomor batch tercatat dalam komputer. Penomoran hasil ujian ini berrnanfaat untuk mencari LJU secara mudah dan cepat bila dibutuhkan. LJU di-.scan dengan menggunakan optical .scanner. Setelah semua LJU di-scan, hasil scanning diload di komputer. Karena masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menghitamkan identitas pada LJU (nama, NIM, kode mata kuliah, tanggal lahir, kode naskah) maka Pusat Pengujian melakukan editing, Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan data siswa yang salah ke suatu file pada komputer, yang disebut file jawaban salah.

Selanjutnya dilakukan proses updating, yaitu memperbaiki data identitas yang salah, sesuai data pribadi dan data registrasi siswa yang tersimpan pada komputer. Kemudian dilakukan proses scoring untuk menghitung jumlah jawaban benar dari setiap siswa. untuk ujian uraian, pemberian skor dilakukan oleh staf akadernik di fakultas. Setelah skor setiap siswa diterima dari fakultas Pusat Pengujian melakukan key-in skor ke dalam komputer laporan hasil key-in skor akan diperiksa lagi oleh fakultas untuk keperluan verifikasi nilai.


Setelah proses scoring (baik untuk ujian objektif maupun ujian uraian), sebaran nilai huruf (grade) dicetak dalam beberapa kategori kelulusan, yang disebut laporan pragmade. Fakultas akan menentukan kategori kelulusan. Penentuan kategori kelulusan dilakukan untuk seluruh siswa, tanpa membedakan status demograti siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses penilaian siswa UT sangat terstandar. Proses selanjutnya adalah melakukan grading atau proses penilaian (dengan bantuan komputer) berdasarkan kategori kelulusan yang ditentukan oleh fakultas.

Proses grading diikuti oleh proses verifikasi nilai, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan penilaian. Kemudian dilakukan pencetakan daftar nilai ujian (DNU), yang merupakan akhir dari proses pengolahan hasil ujian.
Perlu juga dijajaki penggunaan komputer dalam pemeriksaan ujian uraian karena sudah tersedia berbagai software yang dapat membaca tulisan tangan. Jika hal ini dawat dilakukan maka proses penilaian akan semakin cepat lagi karena yang sering menyebabkan nilai tertunda adalah pemeriksaan uraian yang terlambat.

• Pelaporan NilaiDi UT, laporan nilai per semester diberikan dalam bentuk daftar nilai ujian (DNU). Sedangkan laporan nilai keseluruhan selama siswa belum lulus disebut laporan Kemjuan Akademik Siswa (LKAM). DNU dicetak dengan menggunakan komputer, yang dapat dilakukan di Kantor UT Pusat maupun di setiap UPBJJ- Pencetakan DNU dapat diprograrn untuk setiap UPBJJ, setiap Program Studi, maupun setiap siswa. Bila diprograrn untuk satu UPBJJ, maka DNU untuk seluruh siswa di UPBJJ tersebut yang mengikuti ujian pada semester yang bersangkutan akan tercetak. DNU dikirimkan ke setiap siswa melalui jasa pos.

Selain melalui DNU, siswa juga dapat melihat nilai per semester melalui peragaan nilai ujian di website UT (http://www.ut.ac.id). Peragaan nilai ujian di komputer juga tersedia melalui jaringan Student Record System di UT Pusat dan di UPBJJ untuk keperluan konsultasi siswa.
LKAM juga dicetak menggunakan komputer- Pencetakan LKAM dilakukan dengan menuliskan nomor induk siswa (NIM) pada komputer, dan secara otomatis semua data nilai yang pernah diperoleh di UT akan tercetak. Pencetakan dan peragaan LKAM baru tersedia di UT Pusat.

C. PENUTUPPerubahan teknologi merupakan proses yang memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari sebuah teknologi baru bukan saja harus dipikirkan ketepatan teknologi yang dipilih juga kesiapan orang yang akan mengelola teknologi tersebut. Dengan menyadari bahwa sistem PTJJ tidak mudah diubah karena dampaknya luas, maka perubahan terhadap sistem yang ada hendaknya memang dipersiapkan dengan matang dan terencana.

Transisi antara kedua sistem yang akan berubah ini juga harus dipikirkan dengan baik. Sistem yang dimaksud disini bukan saja mencakup perangkat keras maupun lunak tapi termasuk juga struktur organisasi yang menunjang pelaksanaan evaluasi PTJJ di UT.
Makalah ini telah membahas pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar mahasiswa PTJJ dengan mengambil contoh yang dilakukan di Universitas Terbuka. EHB itu walaupun merupakan salah satu ujung tombak dari PTJJ, namun tidak bisa berdiri sendiri.

Kualitas EHB juga dipengaruhi oleh kualitas dua komponen PTJJ yang lain, bahan ajar dan layanan bantuan belajar. Semoga makalah ini dapat menjadi pemicu pemikiran kearah penyelenggaraan EHB yang lebih baik melui pemanfaatan teknologi bagi orang-orang yang terlibat atau yang akan terlibat dalam penyelenggaraan PTJJ.

DAFTAR PUSTAKA

Belawati, T. (200Q). Prinsip-prinsip pengelolaan sistem PTJJ. Makalah dibawakan dalarn Seminar Sistem Pendidikan Tinggi Terbuka Jarak Jauh, Universitas Terbuka, 25 Januari 2000.
Boekkooi-Timinga, E. (1989). Models,for Computerized Test Construction. Academisch Boeken Centrum: De Lier.
Educational Testing Services. (2002). Computer-bused testing: Arrswer’s, for- candidats testing in the US; US territories, Puerto Rico, and Canada. {URL:http/www.ets.org/ebt/dstan l fq,html].
Jacobs., L.C. dan Chase, C. 1. (1992). Developing and Using Tests Effectively. Jossey-Bass Publishers: San Fransisco.Osterlind, S.J. (1989). Constructing Test Items. Kluwer Akademik Publishers: Boston, MA.
Van Theil, C.C. dan Zwarts, M.A. (1986). Development of a Testing Service System. Applied Psychological Measurement. 10, 391-403.
Wainer, H. (1990). Computerized Adaptive Testing.- A Primer. Lawrence Erlbaum Asociates, Inc. Publishers: New Jersey.Zainul, A. dan Nasoetion. N. (2001) Penilaian Hasil Belajar, PAU-PPAI Universitas Terbuka: Jakarta.

0 komentar:

 

Rengganis Anak Desa Merapi Blogger Templates Designed by productive dreams | Free Wordpress Templates. presents HD TV Watch Futurama Online. Featured on Singapore Wedding Cakes. © 2011